Operasi Frenectomy

6 Februari 2014, hari yang sangat mendebarkan tapi harus di lalui. Bukan hari kelulusan, bukan hari ujian kenaikan kelas dan bukan juga hari pengumuman SNMPTN.Tetapi hari dimana aku harus menjalani operasi frenulum yaitu operasi frenectomy.  Memang hanya operasi kecil tapi ini merupaka pengalaman pertama dimana aku harus menjalani operasi. Hal ini terjadi ketika aku berniat untuk merapikan gigiku. Sudah lama aku merencanakan hal ini tapi karena rasa malu dan sebagainya hal ini baru ku lakukan disaat aku duduk di bangku kuliah. Memang kasusku ini hanya ringan dan aku juga tak menyangka hal ini perlu dilakukan tindakan operasi. Menurut dokter gigi specialis ortho kasus gigiku ini disebabkan oleh frenulum tebal dan tinggi sehingga mengakibatkan diastema sentral maksila.Dimana gigi seri atas ku tidak rapat (renggang). Saat pertama kali mendengar kata operasi aku sudah sangat takut dan ingin mengurungkan niatku ini, namun karena penjelasaan dokter dan semangat dari teman-temanku aku memberanikan diri. Menjelang hari operasi aku sudah menyiapkan diri, mulai dari istirahat cukup, pola makan teratur, menghilangkan rasa stres akibat takut dan lainnya. Nah tibalah hari itu, ditemani sahabat setiaku (Susil) aku berangkat ke RSGM disana aku sudah ditunggu oleh coass RGSM namanya Mb Dian kemudian di periksa tekanan darah dan lain-lain dan masuklah aku ke ruang operasi. Di ruang operasi ada 2 dokter bedah mulut dan beberapa asistennya. Dengan pakaian operasi aku tidak bisa melihat apa-apa karena semua tertutup hanya bagian mulutku saja yang tidak tertutup pakaian operasi. Setelah semua alat disiapkan kemudian dilakukan anesthesi (bius) disekitar area frenulum. Kemudian dijepit frenulum dengan hemostat, kemudian insisi disitu mulutku terasa kaku dan mati rasa. Hanya tetesan demi tetesan darah yang terasa asin dan ikut tertelan ludah, walaupun darah yang keluar sudah dihisap dengan alat yang aku tak tahu namanya namun mungkin karena saking banyaknya hingga menetes di tenggorokan. Setelah dilakukan pemotongan frenulum kemudian dijahit bagian bekas frenulum yang dipotong untuk menghentikan perdarahan. Karena daerah mulut yang masih terbius maka aku tak merasakan rasa sakit, saat di jahit ku rasakan benang yang tidak sengaja menyentuh pipiku. Sekitar 11 jahitan telah terpasang di mulutku, kemudian untuk melindungi jahitan tersebut agar tidak terjadi pendarahan dan lainnya dipasanglah periodontal pack, menurutku itu semacam permen karet yang dilekatkan di bagian gusiku hingga menutupi seluruh jahitan di dalam mulutku. Setelah kurang lebih 45 menit selesai operasi fenectomy kali ini. Dengan rasa campur aduk (lega, kaget, khawatir dan lainnya) aku keluar dari ruang operasi dan menuju ke ruang dokter disana banyak sekali pesan dan hal yang harus aku hindari termasuk diberi beberapa resep obat untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Kata dokter efek bius akan hilang kurang lebih 1 jam kemudian, dan setelah efek bius hilang maka aka terasa sedikit rasa nyeri pada bekas jahitan. Benar saja setelah 1 jam kemudian dan aku sudah berada di rumah efek bius tersebut telah hilang dan kini aku merasakan rasa nyeri yang teramat sakit, dan entah kenapa pada bekas jahitan terlihat sedikit darah keluar. Karena tak ingin merasakan sakit dengan anjuran ibuku aku tidur. Bangun tidur rasa sakit dan nyeri itu bertambah dan mulutku penuh dengan darah. Rasa panik tentu saja muncul, namun ingat pesan dari dokter jika keluar darah untuk menghentikannya dapat dikompres dengan air es (es batu). Kemudian ku kompres pada daerah bekas jahitan di mulutku. Waktu terus berjalan 1 jam kemudian darah tak kunjung berhenti, hingga muka ku terasa beku namun darah masih terus mengalir dari bekas jahitan. dari pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB darah masih terus keluar. Minum, makan, bicara bahkan menutup mulut (mingkem dalam bahasa jawa) akupun tak berani karena darah yang terus keluar. Hingga akhirnya kurang lebih pukul 18.00 WIB Mb Dian (coass) datang kerumah atas intruksi dari dokter yang mengoperasiku untuk melihat keadaanku. Darah yang beku diambil kemudian di kompres dengan es batu dan aku di minta untuk meminum obat pembeku darah kemudian kurang lebih 1 jam kemudian darah pada bekas jahitan tersebut berhenti. kurang lebih 2 minggu kemudian jahitan pada mulutku dilepas, ya walupun masih agak bengkak. tidak begitu sakit namun  karena bekas jahitan yang masih belum pulih maka jika digunakan untuk tertawa masih agak sedikit sakit. Sekitar 1 bulan kemudian mulutku sudah pulih, bekas jahitan juga sudah mulai tertutup dan aku sudah bisa makan nasi, paka pedas dan lainnya. Ya karena saat masa pemulihan aku tidak makan nasi dan pedas, hanya bubur saja, bahkan pada minggu pertama aku hanya makan bubur bayi dan roti yang dihancurkan kemudian dicampur susu :( .Setelah jaringan dimulutku dirasa sudah pulih maka aku kembali melakukan perawatan selanjutnya tentunya di bantu oleh Mb Dian Coass orthodonsia RSGM dan drg. Wayan specialis ortho. Itulah sedikit secrita dari pengalaman operasi frenectomy ku, sekian dan terima kasih :) :)

Beberapa foto yang di ambil oleh Mb Dian ketika aku menjalani operasi ....